Refleksi Atas Pelaksanaan MBKM di Simpang Dua, Ketapang, Kalimantan Barat
DOI:
https://doi.org/10.52121/alacrity.v5i1.555Keywords:
MBKM, 3T (Terdepan, Terluar Dan Tertinggal), Calistung, Kearifan Lokal, ParentingAbstract
Pada tahun 2024 PGSD Universitas Sanata Dharma mendapatkan dana hibah Program Kompetisi Kampus Merdeka (PKKM) Kemendikbud Ristek. Sebagai bagian dari program tersebut, 30 mahasiswa dikirim untuk melakukan asistensi mengajar di daerah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal) yakni Kabupaten Mahakam Ulu (Kalimantan Timur), Kabupaten Kepulauan Mentawai (Sumatera Barat), serta Ketapang (Kalimantan Barat). Artikel ini menggunakan metode naratif kualitatif untuk mendeskripsikan refleksi peneliti mengenai kegiatan MBKM di Kecamatan Simpang Dua, Ketapang. Refleksi yang dilakukan oleh peneliti berkaitan dengan pengalaman peneliti dalam (1) memberikan asistensi mengajar calistung, (2) mempelajari kearifan lokal setempat, serta (3) melakukan kegiatan pengabdian yang ditujukan kepada orang tua peserta didik. Hasil refleksi peneliti atas proses MBKM yang diimplementasikan adalah: (1) selain membantu peserta didik dalam calistung, peneliti perlu membekali diri dengan pengetahuan tentang anak berkebutuhan khusus agar siap apabila harus mengajar di sekolah inklusi, (2) peneliti menghargai kekhasan tradisi sandung, talam panuata, pusak, dan permainan simpul keladau; sebagai kearifan lokal masyarakat setempat, (3) peneliti perlu mengingatkan diri sendiri untuk menjadi pendidik yang bersedia memberikan pengabdian kepada masyarakat, salah satunya dengan cara melakukan penyuluhan tentang parenting agar orang tua dapat memotivasi anak-anaknya untuk mau belajar.
Downloads
Published
Issue
Section
License
Copyright (c) 2024 ALACRITY : Journal of Education
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.